Translate

Kamis, 22 September 2011

HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG

Hemat energi pada situasi saat ini dan juga masa mendatang adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan  agar beban biaya yang terserap untuk energi dapat dialihkan pada kepentingan lain yang bertujuan untuk peningkatan taraf hidup masyarakat.
Bangunan gedung sebagai salah satu object yang membutuhkan energi dalam operasional sehari-hari, mulai saat ini harus sudah mempunyai rencana tentang hemat energi. Pada bangunan gedung penghematan energi dapat diperoleh dari  sisi :
1.        1. Pasif Design , 2. Aktif Design, 3. Kondisi udara ruangan, 4. Management, 5. Service dan maintenance.
Pasif design & aktif design dapat ditentukan pada saat perencanaan awal, jika bangunan sudah berdiri maka dapat dilakukan suatu retrofit pada bagian-bagian tertentu yang dapat dilakukan.
Sedangkan kondisi udara ruangan, management , service dan maintenance ditentukan pada saat gedung beroperasi.
  1. A.    Pasif Design.
Merupakan design yang dilakukan pada bagian gedung yang tidak berfungsi aktif / pasif pada saat gedung beroperasi, contoh yang merupakan pasif design antara lain : Bentuk bangunan yang meminimalkan masuknya sinar matahari, jika sinar matahari yang masuk secara langsung  dapat minimal maka dapat mengurangi pengunaan beban pendinginan air conditioner yang maximal ;  pemilihan warna  dan bahan selubung bangunan/façade yang berfungsi semaksimal mungkin menolak sinar matahari atau mempunyai nilai penyerapan panas yang rendah, tanaman-tanaman hias dan taman yang memadai, kolam air mancur dihalaman yang berfungsi menyejukkan udara disekitar bangunan gedung , dan beberapa cara lain yang intinya adalah mengurangi masuknya sinar matahari secara langsung.
Salah satu indikator penting dari pasif design ini adalah nilai OTTV ( overall transfer thermal value ) yang diperoleh dari penentuan jenis dan kombinasi material selubung bangunan. Semakin kecil nilai OTTV ini maka semakin kecil pula penyerapan sinar matahari yang masuk keruangan melalui material selubung.

  1. Aktive Design
Merupakan design yang dilakukan pada bagian-bagian gedung yang active saat gedung beroperasi. Contoh seperti design air conditioner yang diperhitungkan dengan seksama antara cooling loadnya dan luasan ruangan dan penghuninya , lighting sistem yang optimal dengan tingkat pencahayaan yang baik dengan lampu hemat energi,serta peralatan utilitas lainya yang diperhitungkan terhadap beban listrik yang dipakai, dan pengunaan solar sel untuk menganti energi listrik.
Aktive disain ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap pemakaian energi/listrik karena semua peralatan active ini memakai energi ( listrik maupun air

  1. Kondisi Udara Ruangan
Kondisi udara ruangan berpengaruh terhadap daya yang dipakai pada mesin pendingin, semakin rendah setting suhu ruangan maka semakin besar energi listrik yang terpakai. Menurut penelitian bahwa suhu udara ruangan turun 1 derajat celcius maka biaya listrik akan naik 6%, demikian pula sebaliknya.
Sesuai SNI , kondisi kenyamanan termal adalah sebagai berikut :
- Temperature                          : 25ºC +/- 1º C.
- RH                                        : 55 % +/- 5%
- Met                                       : 1 – 1.2
- CLO                                      : 0.5 – 0.6
- Air Velocity                          : < 0.2 m/s
Pada kelembaban untuk setiap kenaikan kelembaban relative ruangan sebesar 5 %, agar kondisi kenyamanan tetap sama ,maka temperature udara ruangan harus diturunkan 1ºC – 1.5º C.
Untuk mengatur setting suhu ruangan dapat dilakukan sebagai berikut :
-          Untuk common area suhu dapat dikendalikan secara terpusat melalui ruang control, memakai BAS atau cetrallized sistem yang lain.
-          Untuk area yang dipakai oleh penguhuni maka dapat dilakukan pembagian secara zona ( jika memakai air conditioner central ), untuk pemakaian sistem pendingin secara sendiri-sendiri ( seperti apartemen ) dan mengunakan kwh meter sendiri, maka kesadaran pamakai mutlak diperlukan, namun  dapat diatur dengan diberikan batasan antara luas ruangan dan BTU AC yang dipakai, misalnya untuk 12 m2 dibatasi maximal 9000 btu/h,atau pengunaan AC dengan teknologi inverter.

  1. Manajemen.
Manajemen gedung/property yang menerapkan manajemen energi maka dapat dipastikan bahwa pemakaian energi dapat dikontrol dengan baik. Manajemen energi  dapat dijalankan dengan membentuk team energi yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan energi pada bangunan gedung. Agar team energi ini dapat bekerja dengan baik maka diperlukan komitment bersama , mulai top level manajemen s/d staf yang paling bawah. Sistem dan disain sebaik apaupun jika manajemen energi ini tidak berjalan maka akan kesulitan untuk mencapai program hemat energi yang dikehendaki.
Beberapa langkah untuk hemat energi  yang dapat dilakukan sebagai berikut :
  1. Daftar semua peralatan yang mengunakan energi.
  2. Susunlah neraca energi
  3. Lakukan audit awal terhadap pemakaian energi.
  4. Identifikasikan potensi penghematan dari hasil pre-audit.
  5. Tentukan target penghematan.
  6. Berikan rekomendasi sistem penghematan energi.
  7. Implementasikan sistem sesuai rekomendasi.
  8. Monitoring implementasi secara konsisten.
  9. Lakukan audit energi.
  10. Evaluasi target pencapaian.
E. Service dan Maintanance
Perbaikan-perbaikan yang dilakukan dengan benar dan program maintanance yang dijalankan dengan konsisten dapat memberikan kontribusi pada penghematan energi.
Program perawatan yang baik tentu mempunyai jadwal perawatan, jika jadwal perawatan ini dijalankan secara konsisten maka dapat dihindari terjadinya bagian-bagian peralatan yang macet/( seret ;jawa ) disebabkan misalnya greasing yang terlambat. Peralatan – peralatan yang berjalan lancar akan memakai energi listrik lebih sedikit dibandingkan dengan peralatan yang berjalan seret/terhambat.
( Disarikan dari pengalaman pribadi dan beberapa referensi)

Rabu, 21 September 2011

KONTROL KUALITAS PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

A.    A.Pendahuluan
Kualitas didalam suatu produk apapun menjadi salah satu hal yang harus dipenuhi agar produk tersebut dapat dipercaya oleh konsumen, demikian halnya pada pekerjaan konstruksi suatu bangunan,  kualitas menjadi penting karena menyangkut keselamatan penghuni bangunan pada saat digunakan oleh konsumen.
Kontrol kualitas adalah merupakan pekerjaan penting dalam suatu manajemen proyek konstruksi, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kontrol kualitas ini menjadi suatu cara yang dapat diandalkan dalam mengendalikan kualitas, dengan biaya dan waktu yang telah ditentukan.
A.    B.Perencanaan Kualitas
Perencanaan kualitas ini sendiri melibatkan beberapa aktivitas, a.l :
  • 1.      Mengidentifikasi pelanggan ; pelanggan seperti apa yang akan menjadi sasaran bangunan gedung yang dibangun sehingga dapat ditentukan biaya dan specifikasi material yang sesuai.
  • 2.      Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan ; setelah jelas sasaran pelanggan maka kebutuhan dari pelanggan itu   seperti apa sehingga dapat ditentukan perlengkapan yang perlu ditambahkan / disiapkan dan standart deviasi yang diperbolehkan dari specifikasi yang telah ditentukan.
  • 3.       Menciptakan keistimewaan bangunan gedung yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan
  • 4.      Menciptakan proses yang mampu menghasilkan keistimewaan bangunan pada pelaksanaan konstruksi.
  • 5.      Pengalihan ke proses operasional atau serah terima.
Seperti diketahui bahwa siklus proyek kontruksi meliputi :1.Konsep & Studi Kelayakan,2.Rekayasa & Desain, 3.Pengadaan 4.Masa Konstruksi 5.Mulai dan Penerapan 6. Operasi. 
Perencanaan kualitas pada point 1 s/d 3 berhubungan dengan siklus 1 s/d 3. Pada tulisan ini akan dibahas kontrol kualitas pada masa konstruksi & penerapan ( siklus ke-4 & ke-5 ) yang berhubungan dengan perencanaan kualitas point ke-4.
B.     C.Perencanaan Kualitas point ke-4 pada Masa Konstruksi dan masa Mulai dan Penerapan.
Masa konstruksi dan masa mulai dan penerapan dalam proyek bangunan gedung adalah masa yang paling menentukan apakah kualitas yang dikehendaki dapat tercapai, untuk itulah maka harus diciptakan proses yang mampu diterapkan untuk kontrol kualitas. Proses tersebut dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut.
  • 1.      Membuat system / flow chart pengawasan terhadap setiap detail pekerjaan, misalnya :
pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian, pekerjaan pengecoran, pekerjaan plumbing, pekerjaan electrical, pekerjaan air conditioner, pekerjaan elevator/escalator, dan pekerjaan finishing arsitektur ( dinding, lantai , hardware, façade dll )
  • 2.      Menentukan indicator yang akan dikontrol pada setiap pekerjaan disesuaikan dengan spesifikasi yang telah ditentukan pada tahap design, dan standart deviasi yang diperbolehkan.
  • 3.      Menuangkan indicator-indikator ini dalam lembaran cek list ( sheet control ) setiap bagian pekerjaan.
  • 4.      Menugaskan Manajemen Konstruksi ( MK ) untuk menjalankan system kontrol kualitas sesuai prosedur / flow chart yang ada.
  • 5.      Memastikan bahwa prosedur kontrol telah dilaksanakan dengan benar dengan cara melakukan audit setiap jenis bagian pekerjaan ( Struktur, MEP, Arsitektur ) setelah satu tahapan  selesai ( misalnya ditentukan audit setiap selesai 1 lantai ).
  • 6.      Melakukan paparan hasil audit dalam meeting koordinasi khusus pengendalian kualitas. Dalam meeting ini dibahas tentang hasilnya dan solusinya jika terdapat penyimpangan / masalah. 
  • Sebaiknya didalam proyek konstruksi bangunan gedung dilakukan beberapa pertemuan untuk membahas hal yang berbeda. Contohnya, meeting koordinasi mingguan untuk membahas jadwal, rencana pekerjaan untuk tiap jenis pada periode selanjutnya dan metoda kerja, meeting koordinasi 2 mingguan untuk membahas hasil audit kontrol kualitas, dan meeting koordinasi bulanan untuk membahas kontrol biaya. Setiap meeting ini harus dihadiri semua yang terlibat dalam proyek konstruksi mulai dari wakil owner, MK,semua konsultan terkait , dan semua kontraktor terkait.
Dengan melakukan proses tersebut maka keistimewaan bangunan yang diharapkan akan dapat terwujud. Dan suatu bangunan yang mempunyai suatu keistimewaan akan diminati oleh konsumen. 
(Disarikan dari pengalaman pribadi dan beberapa referensi)