Translate

Jumat, 09 Desember 2011

PERANAN MANAJEMEN PROPERTI


Manajemen properti sebagai bagian dari aktivitas manajemen yang berhubungan dengan pengelolaan properti ( bangunan gedung, real estate dan industrial estate ) tentu merupakan hal yang penting agar fungsi dan tujuan dari properti tersebut sesuai dengan rencana.
Manajemen properti sendiri adalah bagaimana kita melakukan pengelolaan properti secara tepat dengan maksud agar dapat memelihara kondisi property sesuai specifikasinya sehingga fungsi dari properti tersebut dapat dipertahankan sebagaimana mestinya atau bahkan ditingkatkan.
Kegiatan didalam Manajemen Properti itu sendiri diantaranya meliputi :
         Management plan ( perencanaan manajemen ); POAC.
         Budgeting/ membuat anggaran
         Menyusun program pemeliharaan : - teknis ‘- general service /HK
         Manajemen Energi
         Sistem Sekurti
         Menunjuk dan menyewakan space/properti ;menetapkan tarif sewa dan service charge, - mengumpulkan calon penyewa/marketing, menyeleksi penyewa, melakukan negosiasi , pembuatan kontrak
         Memelihara hubungan baik dengan penyewa / tenant relations.
         Keuangan & Akutansi ; pembuatan tagihan service charge dan sewa.
         Pengawasan personil
         Membiaya asuransi property
         Memperhatikan lingkungan sekitar properti.
Dengan memperhatikan beberapa aktivitas diatas, maka dapat diuraikan kaitannya dengan pengelolaan property.
A.Manajemen Plan ( POAC ).
Dalam pengelolaan suatu properti ( gedung, real estate dan industrial estate ) maka harus mempunyai rencanakerja terhadap setiap aktivitas / kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Rencana kerja ini meliputi  setiap bagian pada sistem organisasi yang akan dibentuk.
Bagian itu meliputi : Finance &Accounting, Marketing, Umum & HR,Teknik, General Service/Housekeeping,Security, Logistik, dan Adminitrasi.
Dari rencana-rencana kerja tadi maka ditentukan personil-personilnya yang akan melakukan aktivitas dan tanggungjawabnya,sehingga jelas fungsi dan tugasnya masing-masing.Selanjutnya adalah tentunya rencana
kerja yang telah dibuat harus dijalankan ( action ) agar dapat memperoleh hasilnya, dan dari hasil ini dilakukan evaluasi sesuai dengan melihat pada jadwal dan target-targetnya. Jika manajamen plan ini dapat dijalankan dengan baik maka kegiatan - kegiatan berikutnya dalam pengeloaan properti akan dapat berjalan dengan baik pula.

B. Budgeting.
Pembuatan rencana anggaran adalah hal penting dalam pengeloaan properti. Dengan budgeting ini akan dapat ditentukan berapa pendapatan yang akan diharapkan, lalu biaya operasional dan rugi/labanya.
Pos-pos pendapatan dibagi dalam 2 katergori yaitu pendapatan untuk pengembalian investasi dan pendapatanu ntuk operasional. Kalau dalam suatu bangunan gedung misalnya perkantoran maka pos pendapatan ini bisadiperoleh dari biaya sewa, service charge dan pendapatan lain-lain ( misalnya sewa space billboard, sewa ruang meeting dll). Biaya sewa biasanya untuk pengembalian investasi dan kegiatan lain yang sifatnya pengembangan properti dan investasi, sedangkan service charge dan pendapatan lain-lain adalah untukmenunjang operasional misalnya, pembayaran listrik, gaji pegawai, biaya maintanance dll.

Bagaimana peranan manajemen property yang lainnya. Nantikan pada pembahasan selanjutnya

Senin, 31 Oktober 2011

MEWASPADAI KERUSAKAN KONSTRUKSI BANGUNAN AKIBAT GEMPA.

Indonesia sebagai salah satu negara dengan frekeunsi gempa yang sering karena terletak di wilayah pertemuan dua circum /sesar tentu harus waspada terhadap akibat yang ditimbulkan oleh gempa tersebut.Bagian yang paling nyata terlihat kerusakannya akibat gempa adalah konstruksi bangunan, apapun jenis bangunan itu dan kegunaannya.
Departemen Pekerjaan Umum juga telah merilis peta Zona Gempa Wilayah Indonesia yang terbaru pada tahun 2010, seperti dibawah ini.
Peta ini berguna untuk mendesain konstruksi bangunan yang tahan gempa.Daerah dengan warna biru muda adalah dengan frekuensi gempa yang rendah ( Kalimantan dan sebagian Sumatara wilayah timur ), sedangkan yang paling tinggi frekuensinya adalah dengan warna coklat tua.(berada di wilayah Papua dan sebagian Sulawesi ).Sehingga dengan pedoman tersebut kita dapat menentukan besarnya beban/gaya gempa untuk melakukan perhitungan konstruksi bangunan tahan gempa.
Untuk mendesain kontruksi bangunan tahan gempa perlu memperhatikan mengenai " daktilitas struktur ". Pada tingkatan Daktilitas Terbatas ada 3 hal yang harus diperhatikan sebagai berikut :
1. Pada gempa rendah , maka kondisi bangunan harus tetap utuh/tidak rusak sama sekali.
2. Pada gempa menengah, maka hanya element non struktur yang boleh mengalami kerusakan, seperti facade dan ornamen-ornamen arsitektural.
3. Pada gempa besar, maka element struktur boleh mengalami kerusakan, tetapi tidak boleh terjadi "keruntuhan yang bersifat getas" ( keruntuhan tiba-tiba ). Sehingga masih ada waktu untuk menyelamatkan penghuninya.
Element struktur pada suatu konstruksi biasanya terdiri atas kolom,balok dan dinding geser (shear wall ).Pada saat terjadi gempa semua element struktur ini akan menerima beban akibat gempa.Bagian yang perlu diwaspadai adalah pada " beam column joint ",karena pada bagian ini terjadi "beban bolak-balik " yang mengakibatkan terjadi tegangan tekan dan tegangan tarik yang silih berganti.Jika pada " beam column joint" ini tidak mampu menahan tegangan yang timbul maka akan terjadi keruntuhan yang bersifat getas, dan sangat berbahaya bagi penghuninya.
Untuk itu perlu ada perlakuan khusus pada disain "beam column joint" ini terutama "reinforcementnya" ( penulangan )  sehingga bisa bersifat daktile.

 Gambar pembesian beam column joint.


Foto terjadinya kerusakan pada beam column joint.
 Dengan meilihat ulasan diatas maka beberapa hal yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut:
  1.  Lokasi bangunan. Letak / lokasi bangunan menentukan besar - kecilnya gempa yang akan terjadi.Daerah dengan frekuensi gempa rendah tentu skala gempa yang terjadi akan lebih kecil dari pada daerah dengan frekuensi gempa menengah ataupun tinggi.Skala gempa dapat ditentukan dengan skala Ricther atau MMI ( Modify Marcalli Intensity ).Dengan demikian bangunan yang berada pada zona menengah s/d tinggi harus lebih waspada terhadap konstruksi bangunannya terhadap bahaya gempa.
  2. Beam Column Joint. Sistem penulangan dan pengecoran pada beam column joint harus dipastikan dapat menahan gaya-gaya dan tegangan yang terjadi akibat gempa.Pada saat disain struktur maka konsultan perencana struktur harus menyampaikan presentasi yang dapat menyatakan bahwa sistem beam column joint ini sudah benar dan aman.
  3. Bangunan rumah pada daerah dengan zona menengah s/d tinggi . Pada daerah ini harus dipastikan bahwa konstruksi bangunannya harus sudah memenuhi pedoman bangunan tahan gempa yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum.Misalnya untuk rumah tinggal tidak bertingkat minimal terdapat tie beam,kolom praktis dan ring balk sebagai penahan gaya dan tegangan akibat gempa.Jika mengunakan konstruksi kayu maka pada sambungannya harus mengunakan pasak dari bahan besi.
  4. Konstruksi Bangunan Bertingkat Yang Tipis.Suatu bangunan bertingkat yang dikatakan tipis jika perbandingan lebar dan tinggi lebih besar atau sama dengan 1:5. Pada bangunan type ini maka kemungkinan terjadinya getaran akibat gempa akan lebih tinggi dibandingkan dengan bangunan dengan perbandingan lebar dan tinggi kurang dari 1:5. Getaran yang tinggi mengakibatkan terjadinya tegangan tambahan pada element struktur dibandingkan jika tidak terjadi getaran.Getaran yang tinggi bisa menambah tegangan geser pada element struktur ( kolom dan balok ). Sehingga pada bagian ini perlu dilakukan tambahan pembesian untuk antisipasi tambahan tegangan geser ini.Sedangkan Shear Wall-nya sendiri juga harus dapat meredam supaya tidak terjadi " defleksi horisontal " yang berlebihan.Karena defleksi ini dapat menambah terjadinya moment lentur pada kolom dan balok.Jika element struktur tidak mampu menahan moment lentur ini maka akan terjadi keretakan struktur yang dapat menjadi sumber keruntuhan.
  5. Pondasi. Mengapa pondasi juga perlu diperhatikan.Pada saat terjadi gempa maka struktur tanah akan mengalami gunjangan dan dapat terjadi " liquifaction" ( tanah menjadi cair). Jika tipe pondasi tidak diantisipasi terhadap pengaruh ini maka akan terjadi keruntuhan pada pondasi. Sebagai contoh bangunan dengan pondasi type tapak yang dangkal, maka jika terjadi "liquifaction" pondasi akan bergeser atau ambles, tentu dengan kondisi ini bangunan diatasnya akan mengalami kerusakan.Dengan demikian maka pada daerah dengan zona gempa menengah s/d tinggi analisa pondasi terhadap beban gempa perlu dilakukan.
  

Referensi :
Pedoman Perencanaan Bangunan Tahan Gempa Departemen PU, dan pengalaman pribadi.






Jumat, 14 Oktober 2011

PERANAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA PROYEK KONSTRUKSI

Pada suatu proyek konstruksi tentu akan banyak melibatkan berbagai pihak pada pelaksanaanya,yaitu mulai dari kontraktor sipil & arsitektur, kontraktor M/E, kontraktor plumbing, kontraktor air conditioner, kontraktor waste & water treatment, kontraktor pondasi dan juga konsultan mulai dari konsultan arsitektur, konsultan struktur, konsultan MEP, dan konsultan interior.
Untuk memastikan bahwa semua konsultan dan kontraktor yang terlibat pada proyek konstruksi dapat bekerja sebagai suatu team yang baik, sehingga tujuan proyek konstruksi tersebut dapat tercapai maka diperlukan suatu bentuk organisasi pada proyek konstruksi.
Ada bebepa type organisasi proyek konstruksi.
Type Traditional/konventional, type  Turn Key,type  Swakelola  dan type Manajemen Konstruksi.
Kita lihat bagan tiap type dibawah ini :

A.Type Tradisional/Konvensional


B. Type Turn Key
C. Type Swakelola
D. Type Manajemen Kontruksi.
untuk marketing agent adalah optional tergantung jenis proyek, biasanya untuk yang komersial seperti mall, apartemen, dan hotel yang strata title

Pada tulisan ini hanya akan dibahas untuk type Manajemen Konstruksi, karena akan diuraikan peranan MK ( Manajemen Konstruksi ) pada pelaksanaan suatu proyek konstruksi. Sedangkan untuk team Manajemen Konstruksi sendiri terdapat beberapa macam bentukannya.
-          Konsultan Profesional    : Konsultan berbadan usaha yang khusus bergerak pada manajemen konstruksi.
-          Full Owner Team              : Pemilik proyek merekrut professional pada bidang sipil, arsitek dan MEP mulai level engineer sampai dengan manajer, kemudian membentuk team MK.
-          Team Gabungan               : Pemilik proyek hanya merekrut profesional yang ekspert pada bidang MK pada level Manajer, sedangkan level engineernya diambilkan dari team konsultan sesuai bidangnya dan bekerja di site office dengan kontrak tertentu.

Keunggulan dan Kelemahannya.
Mengunakan Konsultan .
Keunggulan  :
-          Praktis, pemilik proyek cukup mempelajari company profile konsultan MK dan diundang untuk presentasi memaparkan prosedur kerjanya , personal-personalnya dan harga yang ditawarkan. Dari sini jika dilihat “ capable” maka dapat dipilih.
-          Pembayaran untuk team MK ini adalah tetap selama masa proyek  dan pengeluaran ini dapat dijadikan komponen biaya(expense). Selain itu perusahaan/pemilik proyek tidak ada kewajiban lain terhadap personil team MK ini.
-          Personil dapat dilakukan pengantian jika dilihat kurang cakap dalam menjalankan tugasnya.
-          Karena banyak konsultan MK, maka dapat memilih yang paling baik.
Kelemahan :
-          Jika pemilik proyek menyerahkan sepenuhnya kontrol proyek dilapangan pada konsultan MK, rawan terjadi penyimpangan.
-          Jika konsultan MK pada saat awal kurang bisa menempatkan diri dalam proyek, maka akan menjadi kurang wibawa dihadapan para kontraktor.
-          Kadang-kadang terdapat konsultan MK yang agak susah dikendalikan.
-          Perlu mencari konsultan lagi yaitu Manajemen Properti untuk operasional gedung/bangunan.

        Full Owner Team.
        Keunggulan :
-           Pengendalian team lebih mudah karena merupakan karyawan dari pemilik proyek.
-          Penyimpangan dalam kontrol proyek lebih dapat diminimalkan , karena mempunyai visi yang sama.
-          Lebih punya wibawa terhadap kontraktor-kontrator yang terlibat dalam proyek.
-          Team ini dapat dialihkan menjadi pengelola bangunan pada saat gedung beroperasi ( Property Management).
Kelemahan :
-          Jika pada saat awal belum mempunyai karyawan yang mempunyai kualifikasi yang dibutuhkan dalam team MK maka perlu melakukan proses perekrutan dan pelatihan yang biasanya memakan waktu agak lama.
-          Beban biaya untuk team ini tidak dapat tetap setiap bulannya, tergantung komponen dalam gaji dan kompensasi lainnya,pencatatan dalam akutansi agak sedikit lebih rumit.
-          Jika pemilik proyek,mempunyai berbagai jenis proyek maka diperlukan team sesuai dengan kebutuhan proyek ( akan ada banyak team ).

Team Gabungan.
        Keuntungan.
-          Hanya perlu tenaga pada level atas ( Manajer Proyek ), sehingga lebih mudah dalam hal perekrutan.
-          Anggota team dapat dipilih dari karyawan konsultan yang dianggap baik dan kompeten.
-          Punya kewibawaan dan visi yang hampir sama dengan Full Team Owner, sehingga penyimpangan dalam kontrol proyek juga dapat diminimalkan
-          Anggota team lebih paham terhadap perencanaan yang ada, karena berasal dari konsultan yang mengerjakan perencanaan tersebut.
-          Tidak terlalu benyak mengeluarkan biaya untuk beban karyawan. Anggota team dari konsultan dapat dibicarakan diawal sehingga dapat dimasukkan dalam kontrak kerjasama.
Kelemahan :
-          Project Manager perlu komunikasi dan leadership yang lebih baik,karena mengatur team dari beberapa konsultan yang berbeda.
-          Biaya konsultan akan sedikit lebih mahal, karena harus menempatkan tenaganya di site office.
-          Masih perlu mencari konsultan lagi yaitu Manajemen Properti untuk operasional gedung/bangunan.

Dari berbagai macam bentukan team MK tadi maka peranan utama dapat diuraikan sebagai berikut:
1.       Sebagai wakil pemilik proyek dalam pengelolaan, pengendalian dan pengawasan proyek sehingga tujuan proyek dapat tercapai.
2.       Melakukan kontrol terhadap kualitas pekerjaan kontraktor, sesuai dengan specifikasi yang ditentukan, fungsi sebagai pengendalian mutu.
3.       Melakukan pengendalian waktu pelaksanaan dan mengambil langkah –langkah yang diperlukan jika terjadi keterlambatan pekerjaan, fungsi sebagai pengedalian waktu.
4.       Melakukan evaluasi terhadap perencanaan yang ada untuk mendapatkan produk proyek konstruksi yang optimal yang memperhatikan efek atau antisipasi pada saat bangunan dioperasionalkan.
5.       Melakukan kontrol tehadap pelaksanaan dilapangan sehingga tidak terjadi banyak “ Variation Order ( pekerjaan tambah /kurang) yang diakibatkan oleh perbedaan persepsi antar kontraktor, fungsi sebagai pengendalian biaya.
6.       Melakukan review terhadap pekerjaan tambah/kurang yang diakibatkan penyesaian disain, sehingga volume dan biaya sesuai dengan estimasi dari Konsultan Quantity Surveyor, dengan specifikasi yang sama.
7.       Memastikan bahwa semua sistem dalam bangunan dapat berfungsi dengan baik dengan meminta testing commissioning yang benar kepada kontraktor terkait.Sehingga pada saat operasional tidak terjadi masalah.
8.       Memberikan masukan –masukan yang perlu, guna meningkatkan fungsi bangunan dilihat dari sisi penguna bangunan nantinya.
9.       Melakukan koordinasi dengan instasi terkait untuk memastikan bahwa segala jenis perijinan yang diperlukan telah selesai atau tidak ada kendala dalam prosesnya.
10.   Jika MK ini jenis Full Team Owner , maka dapat mempersiapkan organisasi pengelola dan estimasi biaya-biaya yang terkait seperti pada komponen cleaning service, security,dan parking.
Jika dilihat dari beberapa peranan tersebut,maka fungsi MK dalam manajemen proyek lebih banyak pada : pengarahan ( directing ), pengawasan ( supervision ), pengendalian ( controlling ) & koordinasi ( coordinating ).

Disarikan dari pengalaman pribadi dan beberapa literatur.

Senin, 03 Oktober 2011

BAGAIMANA NILAI INVESTASI PROPERTI BISA TUMBUH.

Pembelian rumah atau tanah ada kecenderungan untuk memperhitungkan nilai investasi pada properti tersebut dimasa depan.Ada beberapa hal yang mempengaruhi pertumbuhan investasi rumah atau tanah.
  •   Aktivitas pembangunan
Pembangungan fasilitas umum dapat mendorong naiknya nilai investasi rumah atau tanah.Fasilitas umum bisa berupa rumah sakit, mall, sekolah, ruko, dan pasar. Jika disekitar lokasi tanah atau rumah yang akan dibeli terdapat aktivitas tersebut maka kedepan dapat dipastikan nilai investasinya akan naik.
  • . Pembangunan infrastruktus jalan.
Infratruktur jalan yang baik dan terencana akan memudahkan akses pada suatu area. Termasuk juga pembangunan jalan tol. Kegiatan ini dapat mendongkrak nilai investasi.
  • .Nama Pengembang.
Jika rumah atau tanah tersebut terletak pada lokasi suatu komplek, maka nama pengembang akan ber    pengaruh terhadap nilai investasinya. Jika pengembang tersebut terkenal maka akan mendorong kenaikan    nilai investasi.
  • .Penghuni pada suatu komplek.
Faktor penghuni warga asing dapat meningkatkan nilai investasi.Seperti di Bali suatu lokasi yang banyak    dihuni warga asing maka harga tanah atau rumah akan tinggi.
  • . Zoning disekitarnya.
Jika disekitar komplek perumahan dikepung suatu pemukiman yang padat dan kumuh maka akan sulit nilai    investasinya berkembang.Hal ini karena ada kekhawatiran timbulnya gap yang mengarah pada aspek sosial
  • . Riwayat Lokasi.
Riwayat lokasi juga dapat mempengaruhi tumbuhnya nilai investasi tanah atau rumah. Suatu lokasi yang    selalu terjadi banjir atau rawan kejahatan misalnya , akan dapat memperlambat laju kenaikan investasi.

( Disarikan dari beberapa referensi )

Kamis, 22 September 2011

HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG

Hemat energi pada situasi saat ini dan juga masa mendatang adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan  agar beban biaya yang terserap untuk energi dapat dialihkan pada kepentingan lain yang bertujuan untuk peningkatan taraf hidup masyarakat.
Bangunan gedung sebagai salah satu object yang membutuhkan energi dalam operasional sehari-hari, mulai saat ini harus sudah mempunyai rencana tentang hemat energi. Pada bangunan gedung penghematan energi dapat diperoleh dari  sisi :
1.        1. Pasif Design , 2. Aktif Design, 3. Kondisi udara ruangan, 4. Management, 5. Service dan maintenance.
Pasif design & aktif design dapat ditentukan pada saat perencanaan awal, jika bangunan sudah berdiri maka dapat dilakukan suatu retrofit pada bagian-bagian tertentu yang dapat dilakukan.
Sedangkan kondisi udara ruangan, management , service dan maintenance ditentukan pada saat gedung beroperasi.
  1. A.    Pasif Design.
Merupakan design yang dilakukan pada bagian gedung yang tidak berfungsi aktif / pasif pada saat gedung beroperasi, contoh yang merupakan pasif design antara lain : Bentuk bangunan yang meminimalkan masuknya sinar matahari, jika sinar matahari yang masuk secara langsung  dapat minimal maka dapat mengurangi pengunaan beban pendinginan air conditioner yang maximal ;  pemilihan warna  dan bahan selubung bangunan/façade yang berfungsi semaksimal mungkin menolak sinar matahari atau mempunyai nilai penyerapan panas yang rendah, tanaman-tanaman hias dan taman yang memadai, kolam air mancur dihalaman yang berfungsi menyejukkan udara disekitar bangunan gedung , dan beberapa cara lain yang intinya adalah mengurangi masuknya sinar matahari secara langsung.
Salah satu indikator penting dari pasif design ini adalah nilai OTTV ( overall transfer thermal value ) yang diperoleh dari penentuan jenis dan kombinasi material selubung bangunan. Semakin kecil nilai OTTV ini maka semakin kecil pula penyerapan sinar matahari yang masuk keruangan melalui material selubung.

  1. Aktive Design
Merupakan design yang dilakukan pada bagian-bagian gedung yang active saat gedung beroperasi. Contoh seperti design air conditioner yang diperhitungkan dengan seksama antara cooling loadnya dan luasan ruangan dan penghuninya , lighting sistem yang optimal dengan tingkat pencahayaan yang baik dengan lampu hemat energi,serta peralatan utilitas lainya yang diperhitungkan terhadap beban listrik yang dipakai, dan pengunaan solar sel untuk menganti energi listrik.
Aktive disain ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap pemakaian energi/listrik karena semua peralatan active ini memakai energi ( listrik maupun air

  1. Kondisi Udara Ruangan
Kondisi udara ruangan berpengaruh terhadap daya yang dipakai pada mesin pendingin, semakin rendah setting suhu ruangan maka semakin besar energi listrik yang terpakai. Menurut penelitian bahwa suhu udara ruangan turun 1 derajat celcius maka biaya listrik akan naik 6%, demikian pula sebaliknya.
Sesuai SNI , kondisi kenyamanan termal adalah sebagai berikut :
- Temperature                          : 25ºC +/- 1º C.
- RH                                        : 55 % +/- 5%
- Met                                       : 1 – 1.2
- CLO                                      : 0.5 – 0.6
- Air Velocity                          : < 0.2 m/s
Pada kelembaban untuk setiap kenaikan kelembaban relative ruangan sebesar 5 %, agar kondisi kenyamanan tetap sama ,maka temperature udara ruangan harus diturunkan 1ºC – 1.5º C.
Untuk mengatur setting suhu ruangan dapat dilakukan sebagai berikut :
-          Untuk common area suhu dapat dikendalikan secara terpusat melalui ruang control, memakai BAS atau cetrallized sistem yang lain.
-          Untuk area yang dipakai oleh penguhuni maka dapat dilakukan pembagian secara zona ( jika memakai air conditioner central ), untuk pemakaian sistem pendingin secara sendiri-sendiri ( seperti apartemen ) dan mengunakan kwh meter sendiri, maka kesadaran pamakai mutlak diperlukan, namun  dapat diatur dengan diberikan batasan antara luas ruangan dan BTU AC yang dipakai, misalnya untuk 12 m2 dibatasi maximal 9000 btu/h,atau pengunaan AC dengan teknologi inverter.

  1. Manajemen.
Manajemen gedung/property yang menerapkan manajemen energi maka dapat dipastikan bahwa pemakaian energi dapat dikontrol dengan baik. Manajemen energi  dapat dijalankan dengan membentuk team energi yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan energi pada bangunan gedung. Agar team energi ini dapat bekerja dengan baik maka diperlukan komitment bersama , mulai top level manajemen s/d staf yang paling bawah. Sistem dan disain sebaik apaupun jika manajemen energi ini tidak berjalan maka akan kesulitan untuk mencapai program hemat energi yang dikehendaki.
Beberapa langkah untuk hemat energi  yang dapat dilakukan sebagai berikut :
  1. Daftar semua peralatan yang mengunakan energi.
  2. Susunlah neraca energi
  3. Lakukan audit awal terhadap pemakaian energi.
  4. Identifikasikan potensi penghematan dari hasil pre-audit.
  5. Tentukan target penghematan.
  6. Berikan rekomendasi sistem penghematan energi.
  7. Implementasikan sistem sesuai rekomendasi.
  8. Monitoring implementasi secara konsisten.
  9. Lakukan audit energi.
  10. Evaluasi target pencapaian.
E. Service dan Maintanance
Perbaikan-perbaikan yang dilakukan dengan benar dan program maintanance yang dijalankan dengan konsisten dapat memberikan kontribusi pada penghematan energi.
Program perawatan yang baik tentu mempunyai jadwal perawatan, jika jadwal perawatan ini dijalankan secara konsisten maka dapat dihindari terjadinya bagian-bagian peralatan yang macet/( seret ;jawa ) disebabkan misalnya greasing yang terlambat. Peralatan – peralatan yang berjalan lancar akan memakai energi listrik lebih sedikit dibandingkan dengan peralatan yang berjalan seret/terhambat.
( Disarikan dari pengalaman pribadi dan beberapa referensi)